Pengemis
Posted by Andri || Mulia Alkesindo || | Posted in Real World | Posted on 15.36
Rupanya urusan mengemis sudah menjadi pekerjaan tetap bagi banyak orang. Dan jumlahnya bertambah pesat menjelang hari raya. Bukan hanya itu, entah bagaimana ada manusia-manusia yang mengkoordinir para pengemis itu. Bukan tidak mungkin sekarang ini ada perusahaan yang memang bergerak di bidang usaha perpengemisan. Mereka dengan lihainya memainkan nurani orang lain dan mematikan kemaluan diri.
Saat terjadi gempa Jogja tahun lalu, tante saya melakukan tradisi yang disebut nyadran. Tante saya ini mempersiapkan banyak uang receh karena di lokasi pemakaman seringkali banyak orang yang meminta-minta. Beliau kaget luar biasa, tidak ada seorang pun pengemis di pemakaman itu. Menurut pak kuncen alias juru kunci makam, beberapa hari sebelumnya ada truk yang mengangkut pengemis untuk dibawa ke Jogja. -Astaghfirullah…Ampe segitunya?-
Padahal, agama ini sangat melarang meminta-minta kepada selain Allah. Entah bagaimana caranya agar rasa malu dapat kita pupuk lagi di masyarakat. Hal ini menjadi kronis, saat para pengemis itu sudah merasa nyaman dan tidak mau berubah. Ibu saya pernah menawarkan pekerjaan pada seorang pengemis. Dan dijawab dengan nada tinggi, “Kalau gak ikhlas ngasih ya gak usah!”…
Yang jelas, budaya mengemis ini sebenarnya merupakan respon atas kesempatan yang ada. Ada pepatah mengatakan jangan pernah memberikan umpan tapi berilah kail atau pancing. Namun sayang, pemahaman agama yang parsial alias tidak komprehensif membuat masyarakat punya pola pikir lain.
Masyarakat saat ini, merasa yang namanya memberi bantuan, nyumbang, bakti sosial, atau semacamnya identik dengan bagi-bagi sembako, bagi-bagi makanan dan semacamnya. Jika dibandingkan, relatif sedikit yang memberikan bantuan fasilitas sekolah, beasiswa, atau pancingan-pancingan lain yang mendorong kemandirian seseorang atau pun kelompok.
Humm…marilah kita mengingat sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
“orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma, para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa yg dimaksud orang miskin itu? Beliau menjawab: “mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan ia tidak diperhatikan, lalu dia diberi sedekah (zakat), dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatupun kepada orang lain” (HR Muslim 1039, Abu Daud 1631, Nasai (V/85) dari Abu Hurairah)
Comments (0)
Posting Komentar